Tantangan KONI Banten Menyongsong PON XXI Tahun 2024
Sumber Gambar :Nahkoda di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Banten berganti. Pada Musyawarah Olahraga Provinsi (Musorprov) KONI Banten, yang diselenggarakan di salah satu hotel di Kota Serang, Selasa 14 Desember 2021, mantan Wali Kota Cilegon Edi Ariadi terpilih memimpin KONI Banten periode 2022-2025.
Edi Ariadi akan menggantikan
Ketua Umum KONI Banten sebelumnya, Rumiah Kartoredjo yang sudah memimpin
otoritas olahraga prestasi di Banten itu selama dua periode.
Edi Ariadi mengaku berterima
kasih kepada seluruh pihak yang mendukungnya dan siap menjalankan amanah sebaik
mungkin.
Pengalaman Edi sebagai
birokrat tulen yang kemudian menduduki jabatan Wali Kota dan Wali Kota Cilegon
tak perlu diragukan lagi. Kemampuan manajerial Edi diharapkan mampu mengangkat
prestasi olahraga di Banten di pesta nasional dan internasional.
Sebagaimana diketahui,
pemerintah menekakan agar KONI di daerah mampu mengembangkan potensi yang ada
untuk mendukung langkah pemerintah pusat, dalam peningkatan sport science,
sport tourism, dan sport industry.
Sebagai induk cabang
olahraga di daerah, KONI Banten memiliki peran strategis dalam melakukan
pembinaan di daerah-daerah. Pembinaan yang baik terhadap cabor akan memberikan
dampak pada prestasi atlet.
Tantangan yang dihadapi Edi
Ariadi dalam memimpin KONI Banten yakni mempersiapkan sejumlah even, baik
Porprov maupun dalam hal persiapan menyongsong PON XXI tahun 2021 yang digelar
di Aceh dan Sumatera Utara.
Sebagaimana diketahui, pada
PON XX di Papua pada Oktober 2021, Banten gagal meraih target masuk 10 besar. Kontingen Banten mengusung tagline “Banten Cemerlang” harus
puas di peringkat 14 dengan raihan 10 emas, 15 perak dan 26 perunggu. Total
medali yang dibawa pulang sebanyak 51 keping.
Jika dibandingkan dengan PON
2016 Jawa Barat, prestasi di PON XX Papua ini memang mengalami penurunan meski
tidak signifikan. Pada PON 2016 lalu, Banten menduduki posisi ke- 13 dengan
perolehan 11 emas, 10 perak dan 26 perunggu.
Turun satu peringkat
dibandingkan PON 2016 di saat pandemic Covid-19 masih dapat dimaklumi. Bahkan
jika dilihat dari penurunan medali emas hanya satu keping sementara medali
perak nik dari 10 keping menjadi 15 keping memiliki potensi berprestasi lebih
baik lagi di PON XXI di Aceh dan Sumut.
Untuk menaikkan prestasi di
PON XXI 2024 maka persiapan harus lebih matang. Strategi fokus pada cabang yang
berpeluang meraih medali masih tetap harus dilakukan di samping cabor lain yang
diorientasikan untuk jangka panjang.
Prestasi PON tidak bisa
diraih secara ujug-ujug tetapi melalui pembinaan secara berjenjang dan even
yang diikuti. Dalam hal pembinaan, atlet berprestasi dijaring dari
Porkab/Porkot untuk prestasi di Porprov dan even Porprov sebagai wadah seleksi
untk PON.
Pembinaan terhadap cabor
menjadi titik krusial dalam melahirkan bibit-bibit atlet berprestasi. Oleh
karena itu, kita berharap di bawah kepemimpinan Edi Ariadi, KONI mampu
menetapkan rencana program strategis dan target yang dicapai. Sehingga pembinaan
terhadap cabor harus terukur.
Hal penting yang harus
dilakukan pengurus KONI yakni menjalin sineri dan koordinasi yang baik dengan
pemda. Mengingat, pendanaan KONI ditopang oleh pemerintah daerah.
Oleh karena itu, koordinasi
yang sinergis dengan kalangan legislatif dan eksekutif sangat penting supaya
program menyongsong PON XXI Tahun 2024 bisa optimal.
Selain itu, KONI juga bisa
melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam hal pembinaan untuk atlet-atlet
berprestasi. Misalnya dengan kalangan swasta mengingat di Banten banyak berdiri
industri skala besar.
Berbagai tantangan tersebut
menjadi hal yang akan dihadapi pengurus KONI Banten yang baru di bawah
kepemimpinan Edi Ariadi. Kemampuan Edi yang mantan birokrat tulen yang kemudian
menjadi kepala daerah dan terjun di politik akan diuji saat memimpin KONI
Banten.*** (Maksuni, Praktisi Pers)