Tantangan Besar Kota Serang di Usia 13 Tahun
Sumber Gambar :Kota
Serang pada Senin, 10 Agustus 2020 genap berusia 13 tahun. Pada usianya yang
tergolong remaja tersebut, Kota Serang belum memenuhi ekspektasi masyarakat.
Banyak permasalahan yang hingga kini belum tuntas diselesaikan.
Setidaknya
ada beberapa Pekerjaan Rumah (PR) yang harus menjadi fokus perhatian Pemkot
Serang ke depan. Antara lain masalah kemiskinan, gizi buruk, persampahan,
kemacetan dan sebagainya.
Terhadap
berbagai permasalahan tersebut, sejumlah organisasi mahasiswa mendorong Pemkot
Serang agar bisa menyelesaikannya. Termasuk juga dalam hal penanganan dampak
pandemi Covid-19.
Saat
rapat paripurna HUT ke-13, Wali Kota Serang Syafrudin menyampaikan beberapa
capaian yang diraih Kota Serang diusianya yang ke-13 tahun. Beberapa capaian
itu diklaim sangat membanggakan di usia yang terbilang masih sangat muda.
Beberapa
capaian itu di antaranya opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) RI yang diraih tiga kali berturut-turut sejak tahun
2017. Kemudian, Kota Layak Anak (KLA) sebanyak dua kali dan penghargaan untuk
penyelenggaraan kota sehat.
Awal
terbentuknya Kota Serang sebagai daerah otonom, hanya memiliki APBD Rp 10
miliar pada tahun 2007. Namun, dalam perjalanan dan perkembangannya hingga saat
ini sudah mencapai Rp 1,431 triliun.
Dari
sisi kesehatan, kata wali kota, Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu
(AKI) dan gizi buruk terus mengalami penurunan. Fasilitas kesehatan terus
berkembang baik dengan satu rumah sakit dan 16 puskesmas yang 7 di antaranya
menerima rawat inap.
Angka
capaian pembangunan yang dipaparkan Wali Kota Serang patut diapresiasi. Namun
lebih dari itu, indikator pembangunan yakni mampu dirasakan manfaatnya pada
masyarakat.
Data
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Wali Kota Serang tahun 2019
merupakan peringatan untuk segera berbenah. Salah satunya menyangkut
adanya penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,51 persen pada 2018 menjadi 6,44
persen pada 2019.
Jika
pada saat belum pandemi Covid-19 menurun, maka tahun 2020, jelas makin berat.
Meskipun pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengalami kanaikan menjadi
72,10 atau tumbuh 0,59 persen. Namun bila dibandingkan dengan tiga kota lain di
Banten masih terendah, yakni Kota Tangerang Selatan sebesar 81,48, Kota
Tangerang 78,43, dan Kota Cilegon 73,01. Demikian pula dengan angka
kemiskinan. Berdasarkan data BPS, pada periode Maret hingga September 2019
angka kemiskinan di Kota Serang mencapai 5,40 persen.
Angka
statistik ini menunjukkan Kota Serang masih harus ekstra kerja keras untuk
mengejar ketertinggalan dengan kota lain di Banten. Meskipun, membandingkan
dengan tiga kota lain yang sudah maju, tidak sepenuhnya tepat, karena
beberapa variabel yang berbeda. Namun paling tidak, pembandingan itu sebagai
pemicu untuk lebih baik lagi.
Meskipun
demikian, hal yang diapresiasi yakni capaian predikat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) dari laporan keuangan daerah Pemkot Serang tahun 2019 dari BPK, dan juga
respon Pemkot Serang dalam menghadapi permasalahan.
Capaian
pembangunan yang belum memuaskan ini menjadi tantangan besar duet ‘Aje Kendor’.
Spirit ‘Aje Kendor’ hendaklah bisa merasuki semua aparatur Pemkot Serang dan
juga seluruh elemen masyarakat. Membangun dengan merangkul semua elemen
masyarakat merupakan modal besar yang harus dilakukan. Gebrakan duet ‘Aje
Kendor’ di awal kepemimpinannya lambat laun akan menghadapi rintangan yang tak
mudah dan makin berat. Persoalan pengangguran, kemiskinan, daya beli
masyarakat yang menurun akibat dampak pandemi Covid-19 menjadi tantangan
yang nyata.
Untuk
itu dibutuhkan spirit ‘Aje Kendor’ yakni pemerintahan yang bertipikal
responsif, tanggap dan memiliki nyali terhadap tantangan yang dihadapi.
Oleh
karena itu. Reformasi birokrasi menjadi hal utama agar gerbong Pemkot Serang
bergerak sesuai dengan spirit ‘Aje Kendor’. Semoga saja pada HUT ke-13 ini,
berbagai PR tersebut bisa segera ditangani secara tuntas. *** (Maksuni,
jurnalis tinggal di Banten)