Strategi Penanggulangan Stunting di Banten
Sumber Gambar :Pemerintah saat ini sedang gencar dalam penanggulangan penyakit stunting pada anak. Diharapkan, dengan berbagai upaya penanggulangan yang gencar, angka penderita stunting terus menurun.
Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Banten mencatat data anak penderita stunting tahun 2019 di Provinsi
Banten sebesar 23,4%.
Angka stunting tersebut
diharapkan pada tahun 2024 dapat ditekan sebesar 50% hingga berkisar di antara
angka 12 atau 13% sesuai roadmap penurunan angka stunting nasional sebesar 50%
dari kondisi awal.
Komitmen dalam menurunkan
angka stunting terungkap saat pembukaan Rapat Koordinasi Daerah atau Rakorda
Program Banggakencana Provinsi Banten 2021 yang diselenggarakan BKKBN Banten
secara virtual dan offline, Selasa (30/3/2021), .
Diketahui, stunting adalah
kondisi gagal tumbuh pada balita akibat dari kekurangan gizi dalam jangka waktu
yang lama (kronis), sehingga anak tumbuh lebih pendek untuk usianya. Kekurangan
gizi ini terjadi sejak bayi didalam kandungan dan pada masa awal setelah lahir.
Permasalahan yang menjadi
kehawatiran utama bukan terletak pada ukuran tinggi badan, akan tetapi yang
mendapat perhatian utama adalah efek yang ditimbulkan dari kasus stunting
karena gizi buruk yang terjadi pada balita ini dalam jangka panjang sulit untuk
diperbaiki seperti terjadi gangguan kognitif yang menyebabkan penurunan
kecerdasan dan rentan terhadap penyakit, serta berisiko mengalami penyakit
tidak menular (PTM) disaat dewasa.
Agar program penanggulangan
dalam menurunkan angka stunting terealisasi, perlu adanya keterlibatan semua
pihak, karena untuk stunting peran sektor kesehatan hanya 30%, sedangkan
70%-nya harus melibatkan sektor lainnya, seperti sektor pangan, pertanian,
permukiman, agama, pendidikan.
Kemudian, sektor pembangunan
keluarga, menjadi sebagian tugas BKKBN yang memiliki konsep pola asuh orang tua
yang dapat diterapkan dalam upaya pencegahan stunting melalui penerapan 1000
Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).
Faktor yang perlu
diantisipasi meningkatnya angka stunting
dan juga angka gizi buruk yakni dampak dari kemiskinan. Jika anga kemiskinan
tak bisa ditekan, akan berdampak terhadap pencapaian target penurunan stunting
pada level angka 12 atau 13% di tahun 2024.
Wakil Gubernur Banten Andika
Hazrumy, dalam sambutan tertulis pada Rapat Koordinasi Daerah atau Rakorda
Program Banggakencana Provinsi Banten 2021, mengatakan dalam rangka membangun
kembali ekonomi yang terpuruk akibat wabah Covid-19, Provinsi Banten pada tahun
anggaran 2021 akan fokus mengembangkan pertanian dan memperbanyak proyek-proyek
infrastruktur yang mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi.
Komitmen Pemprov Banten
dalam penanggulangan stunting patut mendapat dukungan dari semua pemangku
kepentingan. Termasuk dari BKKBN yang fokus dalam pengembangan pembangunan
keluarga.
Sinergitas antar pemangku
kepentingan dalam penanggulangan stunting di Banten diharapkan terjalin secara
baik sehingga, hasilnya akan lebih optimal. Dalam kaitan sinergitas ini,
pentingnya menyelaraskan program yang tidak tumpang tindih, antara di tingkat kabupaten/kota,
provinsi dan nasional.
Program penanggulangan
kemiskinan dan pengangguran diharapkan sinergis dalam penanggulangan stunting.
Hal itu didasarkan pada adanya korelasi faktor kemiskinan terhadap munculnya
penderita stunting.
Artinya, persoalan stunting
dan gizi buruk, salah satunya disumbang oleh faktor kemiskinan pada sebuah
keluarga. Dalam konteks ini, maka program penanggulangan kemiskinan harus
selaras dengan program penanggulangan stunting.
Strategi dalam
penanggulangan kemiskinan tentu berbeda dalam hal penekanannya, namun tujuannya
sama yakni menciptakan keluarga yang sehat dan sejahtera. Dalam hal ini, maka
program BKKBN dalam hal edukasi dan sosialisasi menjadi penting dalam membantu
program penanggulangan kemiskinan dan stunting tersebut.*** (Maksuni, Praktisi
Pers)