Petani Butuh Stimulus Ekonomi
Sumber Gambar :Badan Pusat Statistik (BPS) Banten mencatat NTP Banten pada Juni 2020 sebesar 99,69 atau turun 1,74 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan.
Diketahui,
NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It)
terhadapindeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu
indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP
juga menunjukkan daya tukar (term of trade)dari produk pertanian dengan barang
dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Semakin
tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli
petani.
Kemudian,
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan
indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar
petani (Ib). Komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan
Barang Modal (BPPBM).
NTP
Banten yang turun ini menurut Sekretaris Dewan Pengurus Wilayah Serikat
Petani Indonesia (DPW-SPI) Banten Misrudin karena pandemi Covid-19
berdampak pada perlambatan roda ekonomi di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia
dan Banten yang menyerang hampir keseluruh sektor produktif.
Kondisi
itu membuat petani juga sudah mulai terdampak Covid-19, sehingga jaring
pengaman sosial atau stimulus dari pemerintah seharusnya juga dirasakan oleh
petani. Ia menilai, program penanggulangan Covid-19 bagi petani Banten berjalan
masih sangat lamban, tak menyeluruh dan belum menyentuh subjek yang tepat.
Misrudin menilai ada ketidakselarasan program nasional dengan Banten.
Dampak
Covid-19 memang bukan hanya pada sektor industri, jasa, pendidikan, dan
sektor lainnya. Namun juga pertanian. Menurutnya, petani bersama rakyat yang
bekerja di perdesaan memiliki sistem menangkal krisis karena berada di lumbung
pangan. Walaupun demikian, setelah satu catur wulan terlewati, dampak pandemi
kini mulai dirasakan oleh para petani dan rakyat yang bekerja di perdesaan.
Petani
yang sudah memasuki musim tanam gaduh diterpa antara lain ketidakstabilan harga
hasil panen, distribusi yang terhambat, dan stimulus dari pemerintah yang
berjalan lamban. Dampak pandemi bagi petani Banten yang paling nyata saat ini
adalah penurunan harga hasil panen.
Kondisi
petani Banten yang sudah terdampak Covid-19 memang harus mendapat penanganan
cepat. Terutama penyaluran JPS untuk kalangan petani, dan stimulus ekonomi
untuk sektor pertanian.
Pemerintah
harus segera menjalankan program JPS untuk petani di Banten, sehingga mampu
membantu kalangan petani bertahan. Hal ini sangat penting mengingat intervensi
JPS merupakan upaya yang dianggap ampuh dalam penanganan dampak Covid-19 yang
bersifat sementara.
Dengan
intervensi berupa JPS diharapkan akan mampu mengerek NTP Banten bisa naik dan
pemulihan ekonomi bisa berjalan seiring dengan sektor lain seperti industri
perdagangan, jasa, pendidikan, wisata dan lainnya.
Mulai
landainya kasus Covid-19 di Banten merupakan kabar gembira, tetapi juga tetap
harus bersikap waspada. Stimulus ekonomi untuk petani diharapkan meningkatkan
daya beli masyarakat dan roda perekonomian di perdesaan bisa kembali pulih.
Semoga. *** (Maksuni, jurnalis bekerja di Kabar Banten)***