Penanganan Cepat Hadapi Kekeringan di Banten
Sumber Gambar :Sejumlah wilayah di Provinsi Banten
mengalami kekeringan dampak dari musim kemarau yang terjadi dalam beberapa
bulan ini. Akibat kekeringan tersebut, masyarakat kesulitan air bersih dan juga
areal persawahan yang kekeringan menjadi gagal panen atau puso.
Lahan pertanian padi di Banten yang
mengalami puso atau gagal panen mengalami kenaikan drastis. Berdasarkan data
Dinas Pertanian Provinsi Banten sampai dengan 21 Agustus 2019, lahan pertanian
padi di Banten yang mengalami puso mencapai 4.553 hektare atau meningkat dari
data per 29 Juli 2019 yang hanya 576 hektare.
Sampai 21 Agustus 2019 lahan pertanian
di Banten yang kekeringan terakumulasi mencapai 21.489 hektare, dengan status
ringan 8.393 hektare, sedang 43.00 hektare, berat 4.243 hektare dan puso 4.553 hektare.
Adapun rincian masing-masing
kabupaten/kota terdiri atas Kabupaten Lebak seluas 2.847 hektare dengan status
ringan 1.067 hektare, sedang 787 hektare, berat 513 hektare dan puso 2.847
hektare. Kabupaten Tangerang seluas 1.803 hektare dengan status ringan 729
hektare, sedang 466 hektare, berat 348 hektare dan puso 260 hektare.
Selanjutnya, Kabupaten Serang seluas
2.864,5 hektare dengan status ringan 1.662 hektare, sedang 608,5 hektare, berat
402 dan puso 192 hektare. Kota Cilegon seluas 29 hektare dengan status ringan
10 hektare, sedang 10 hektare, berat 3 hektare dan puso 2 hektare. Terakhir,
Kota Serang seluas 2.234 hektare dengan status ringan 1.819 hektare, sedang 333
hektare, berat 27 hektare dan puso 55 hektare.
Kewenangan penanganan kekeringan berada
di kabupaten/kota tetapi pemerintah provinsi maupun pusat tidak boleh menutup
mata sesuai kewenangan yang dimiliki dalam mengkoordinasikan penanganan
kekeringan.
Jika melihat data kekeringan melanda 5
kabupaten/kota di Banten. Faktor kekeringan antara lain musim kemarau yang
panjang, bahkan BMKG memprediksi hingga November.
Salah satu dampak kekeringan yakni
petani gagal panen, warga kesulitan air bersih, dan ancaman kerawanan
pangan.
Persoalan kekeringan pada saat musim
kemarau memang selalu terjadi di Banten. Sejumlah daerah yang menjadi langganan
kekeringan yakni di wilayah Serang utara, yakni Pontang Tirtayasa dan Tanara,
sejumlah daerah Pandeglang dan Lebak dan sejumlah daerah lain.
Selain dampak kekeringan warga menjadi
kesulitan air bersih, tak kalah penting untuk diperhatikan yakni pada aspek
potensi kerawanan pangan akibat banyak areal sawah yang gagal panen. Oleh
karena itu upaya penanganan kekeringan harus menyeluruh termasuk dampak pada
potensi kerawanan pangan.
Di Lebak ada enam desa di Kecamatan
Cigemblong, Kabupaten Lebak masuk kategori rawan pangan. Penyebabnya, selain
karena musim kemarau, juga karena akses transportasi mobilitas angkutan barang
di wilayah tersebut masih buruk.
Ada sejumlah indikator yang menyebabkan
desa dikategorikan sebagai desa yang rawan ketahanan pangan. Di antaranya,
sedikitnya warung dengan jumlah keluarga serta akses jalan yang masih sedikit
atau rusak. Sehingga, hal itu tentu sangat menyulitkan mobilitas pengiriman
barang pangan.
Oleh karena perlu penanganan pencegahan
kerawanan pangan. Antara lain bantuan pangan ke desa-desa yang berpotensi
terjadi krisis pangan. Bantuan pangan yang paling dibutuhkan yakni sembako.
Kondisi kekeringan dan potensi kerawanan
pangan di sejumlah daerah harus menjadi perhatian pemerintah daerah. Upaya
penanganan secara cepat akan bisa membantu mencegah dampak dari kekeringan yang
lebih meluas.
Pendistribusian air bersih harus
digalakkan pada daerah-daerah yang sudah mengalami kekeringan. Pemerintah bisa
meminta bantuan dari sejumlah pihak swasta dalam hal pendistribusian air bersih
ini.
Selain itu, persoalan yang belum tuntas
yakni pembangunan sumur bosa pada sejumlah daerah yang rawan kekeringan.
Program pembuatan sumur bor atau lainnya harus menjadi program yang
berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan daerah yang langganan kekeringan
secara bertahap penanganannya lebih ringan.
Untuk potensi kerawanan pangan, penulis
berharap dinas terkait harus mulai memetakan luas persawahan yang mengalami
kekeringan dan berdampak pada gagal panen. Ini harus segera diantisipasi supaya
masyarakat tidak sampai mengalami kerawanan pangan.
Oleh Maksuni
Penulis, praktisi pers