MTQ Dalam Mewujudkan Masyarakat Banten yang Qurani
Sumber Gambar :Perhelatan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-18 tingkat Provinsi Banten Tahun 2021 di Masjid Raya Al-Bantani, KP3B Curug, Kota Serang telah berakhir Sabtu 11 Desember 2021.
MTQ ke-18 Tingkat Provinsi
Banten dimulai sejak 6 Desember 20121 diikuti 8 kafilah dari kabupaten dan kota
yakni Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kota Tangsel, Kabupaten
Serang, Pandeglang, Lebak dan Tangerang.
MTQ ke-18 Tingkat Provinsi
Banten dibuka Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy dan ditutup Gubernur Banten
Wahidin Halim.
Dalam Keputusan Pimpinan
Dewan Hakim yang dibacakan Ketua Dewan Hakim MTQ ke-18 Provinsi Banten Tahun
2021 Prof Dr HE Syibli Sarjaya, keluar sebagai juara umum yakni dari Kafilah Kota Tangerang Selatan dengan
nilai 117.
Berikutnya yang berada di
peringkat kedua yakni Kafilah Kabupaten Serang dengan nilai 103, peringkat
ketiga diraih Kafilah Kabupaten Pandeglang
dengan nilai 9.
Selanjutnya, peringkat empat
diraih Kafilah Kota Serang dengan nilai 57, peringkat lima diraih Kafilah Kota
Tangerang dengan nilai 50, peringkat keenam diraih Kafilah Kabupaten
Tangerang dengan nilai 49, Kafilah
Kabupaten Lebak dengan nilai 26 berada di peringkat 7 dan peringkat delapan diraih Kafilah Kota Cilegon
dengan nilai 11.
Secara umum pelaksanaan MTQ
ke-18 Provinsi Banten telah berjalan dengan baik dan sukses berkat dukungan dan
perhatian semua pihak. Pelaksanaan lomba tiap cabang terlaksana sesuai rencana.
Para juara MTQ ke-18 Tingkat
Provinsi Banten ini akan menjadi calon untuk menghadapi MTQ Nasional ke-29 Tahun 2022 di Banjarmasin.
MTQ maupun perhelatan serupa
merupakan even rutin yang digelar pemerintah. MTQ antara lain bertujuan
terjadinya peningkatan umat Islam dalam mencintai, mengkaji dan mengamalkan
Alquran dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Bila dicermati diskursus
mengenai MTQ bisa dikatakan tergolong minim. Itu pun, hanya terpaku pada sisi
luar, menyangkut anggaran, para juara dan bonus yang diperoleh, tanpa menyasar
kepada substansi MTQ itu sendiri.
Belakangan ini ada
kecenderungan, MTQ terbawa pada arus perebutan gengsi atau prestise antar
daerah an sich dan sekadar proyek kegiatan tahunan. Akibatnya, muncul keraguan,
MTQ kehilangan makna, karena hanya menonjolkan seremonial, kemeriahan semata.
Sementara semangat dan nilai dari peyelenggaraan MTQ, semakin dijauhi.
Pada era pandemi Covid-19,
kemeriahan MTQ menjadi lebih sederhana karena harus menerapkan protokol
kesehatan. Ini tentu menjadi bagus sebagai perbandingan penyelenggaraan MTQ
sebelum pandemi Covid-19.
Salah satu dasar pemikiran
diselenggarakannya MTQ yakni dalam rangka syiar Islam melalui Alquran dan
mendorong pemerintah membuat kebijakan dalam pembinaan dan pengembangan
Alquran.
Dengan kata lain, tujuan MTQ
yakni memotivasi masyarakat, dari berbagai usia, untuk senantiasa mencintai,
mengkaji kandungan Alquran. Dengan demikian, akan terwujud masyarakat qurani,
sebuah masyarakat yang menjadikan Alquran sebagai pedoman dalam kehidupan
sehari-hari.
Dari sisi output MTQ, paling
tidak secara sederhana, indikasinya bisa dilihat dari jumlah orang yang belajar
qari, tahfidz dan tafsir, kaligrafi makin yang meningkat, serta kehidupan
masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai Alquran.
Banten sebagai daerah yang
dikenal sebagai daerah relgius memang banyak mmeiliki pesantren, termasuk
pesantren-pesnatren khusus tahfidz.. Ini tentu saja modal besar dalam
mewujudkan masyarakat Banten yang religius dan berakhlakul karimah.
Oleh karena itu, MTQ
semestinya lebih pada upaya membumikan Alquran dalam kehidupan masyarakat.
Bukan sekadar makin banyak umat Islam bisa membaca dan menulis Alquran, tetapi
lebih dari mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang qurani, yakni masyarakat
yang mendasarkan nilai-nilai Alquran sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara..*** (Maksuni, Praktisi Pers Tinggal di Kota Serang)