Meraih Lailatul Qadar dengan Amalan Ibadah dan Amal Saleh

Sumber Gambar :

Bulan Ramadan memiliki banyak keutamaan atau keistimewaan, di antarnya ada satu malam yang mulia yang dinamakan Lailatul Qadar.

 

Adanya Lailatul Qadar ini dijelaskan dalam firman Allah SWT  yakni Surat Al-Qadar ayat 1-5.

 

“Sesungguhnya kami telah menurunkan (Alquran) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahtera lah (malam itu) sampai terbitnya fajar”.

 

Pakar Ilmu Tafsir M Quraish Shihab dalam buku “Membumikan Al Quran (Mizan, 1995) mengutarakan Lailatul Qadar pertama kali ditemui atau menemui Nabi Muhammad SAW ketika beliau menyendiri di Gua Hira.

 

Di Gua Hira itu, Nabi SAW merenung tentang diri beliau dan masyarakat. Ketika jiwa beliau mencapai kesuciannya turunlah Ar-Ruh (Jibril) menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT dan membimbing Nabi Muhammad SAW.

 

Dari malam itu lah kemudian terjadinya perubahan total dalam diri Nabi Muhammad SAW, bahkan perjalanan hidup untuk manusia, yakni dari zaman kegelapan menjadi zaman pencerahan.

 

Mengenai turunnya Lailatul Qadar apakah ada pada setiap Ramadan atau hanya sekali saat turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW? Quraish Shihab mengungkapkan berbagai pendapat ulama.

 

Pertama, Lailatul Qadar hanya turun sekali saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu. Alasannya, karena wahyu Al Quran sudah sempurna dan tidak lagi wahyu setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, maka malam mulai (lailatul qadar) tidak hadir lagi.

 

Kedua, pendapat yang menyatakan lailatul qadar terjadi setiap bulan Ramadan yang merujuk pada teks Al Quran dan Hadits.

 

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, “Carilah malam lailatul qadar pada malam ganjil di antara sepuluh hari terakhir bulan Ramadan”.

 

Imam Izzuddin bin Abdus Salam dalam kitab “Maqashidul Ibadat” mengungkapkan Lailatul Qadar terdapat pada sepuluh terakhir malam bulan Ramadan, lebih mungkin pada malam ganjil, yakni malam dua puluh satu Ramadan.

 

Kapan turunnya Lailatul Qadar, Allah SWT Yang Maha Tahu. Umat Islam hanya dituntut untuk shalat malam (qiyamulail), i’tikaf, memperbanyak zikir, membaca Al Quran, dan bershadaqah.

 

Disunahkan bagi orang  yang melihat Lailatul Qadar dengan memuji dan berdoa kepada Allah SWT. “Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan suka mengampuni, maka ampunilah aku”. (HR Turmudzi).

 

M Quraish Shihab menuliskan dalam buku “Membumikan Al Quran” salah satu doa yang sering Nabi Muhammad SAW baca dan hayati maknanya yakni “Wahai Tuhan kami, anugerahkan  lah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akherat dan pelihara lah kami dari siksa neraka.

 

Artinya, kata Quraish, doa tersebut merupakan permohonan yakni menjadikan kebajikan dan kebahagian di dunia  tidak  hanya sebatas dampaknya  di dunia tetapi berlanjut hingga hari kemudian kelak. Quraish Shihab berkesimpulan jika yang demikian itu diraih manusia, maka ia akan memperoleh kemuliaan dunia dan akherat.

 

Oleh karena itu, pertengahan bulan Ramadan hingga akhir marilah diperbanyak dengan doa kebaikan di dunia dan akherat.  Jadikan malam Nuzulul Quran maupun Lailatul Qadar sebagai momentum meningkatkan amal kebajikan.

 

Peningkatan amal kebajikan baik amal ibadah dan amal saleh diharapkan nanti akan terus berkelanjutan hingga bulan-bulan selanjutnya. Jadikan puasa Ramadan dengan segala keutamannya menjadikan setiap pribadi muslim mampu menjaga keseimbangan antara kebutuhan dunia dan tujuan kehidupan akherat. Wallahu A’lam.*** (Maksuni, Praktisi Pers)

 


Share this Post