Mengangkat Budaya, Dekatkan Hubungan Polri dan Masyarakat
Sumber Gambar :Pada Jumat 1 Juli 2022 Korps Kepolisian Republik Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76.
Di Banten, perayaan HUT ke-76 Bhayangkara digelar di
Markas Polda Banten. Perayaan HUT ke-76 berlansung meriah dengan penampilan
atraksi debus hingga aksi paramotor.
Polda Banten menggelar syukuran HUT Bhayangkara dengan
hiburan rakyat berbasis kearifan lokal, debus dan aksi paramotor yang
diperagakan polisi.
Kegiatan hiburan rakyat tersebut merupakan inisiasi
Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto sebagai penghormatan budaya lokal
Banten guna melestarikan kebudayaan Khas Banten.
Selain itu hiburan rakyat juga mengekspose kepedulian
polisi terhadap budaya sekitar, serta memperkuat komunikasi dan konsolidasi
aparat dengan masyarakat melalui budaya.
Adalah AKBP Agus Rasyid yang sehari-hari menjabat
sebagai Direktur Tahanan dan Barang Bukti (Dirtahti) Polda Banten, sebagai
tokoh yang berperan dalam mengangkat budaya dan kearifan lokal Banten pada HUT
ke-76 Bhayangkara.
AKBP Agus Rasyid mengatakan pada Hari Bhayangkara
ke-76, Polda Banten dengan program Pendekar Banten, juga peduli terhadap budaya
dan kearifan lokal di Tanah Jawara ini.
Budaya dan kearifan lokal di Provinsi Banten yang
dimaksud mulai dari tarian, permainan debus dan pencak silat yang merupakan
budaya turun temurun.
Dengan mengankat budaya dan kearifan lokal. Polda
Banten menunjukkan kepedulian terhadap budaya yang ada di Banten. Oleh karena
itu, pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat, budaya lokal harus
dilestarikan. Artinya, bukan hanya oleh masyarakat luas tetapi juga kepolisian
Polda Banten.
Selain itu, dengan mengangkat budaya lokal, perayaan
HUT ke-76 Bhayangkara membawa dampak terhadap hubungan Polri dan rakyat dalam
pelayanan prima kepada masyarakat.
Hal ini sejalan dengan arahan Kapolri Jenderal Listyo
Sigit Prabowo yang menekankan komitmen Polri untuk terus memperbaiki dan
berbenah diri.
Upaya ini dilakukan Polri dengan tujuan untuk bisa
menjalani transformasi Polri yang presisi, memberikan pelayanan yang
berintegritas, pelayanan yang berdedikasi, berinovasi untuk melindungi, serta
mengayomi dan melayani masyarakat sehingga masyarakat mencintai Polri.
Komitmen Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo
yang menyatakan Polri tak anti kritik dan justru menjadikan kritik sebagai obat
merupakan hal yang sangat positif meningkatkan citra Polri di mata masyarakat.
Menurut Kapolri, kritikan dari masyarakat, mendorong
Polri untuk berbenah diri sehingga bisa mendapatkan kepercayaan dan masyarakat
menerima serta puas dengan pelayanan pihak kepolisian.
Komitmen pimpinan tertinggi bahwa Polri tidak anti
kritik merupakan hal dasar yang mengangkat wibawa Polri sebagai pelayan
masyarakat. Polri harus terus didukung dan didorong agar selalu bersama rakyat,
selalu mengedepankan hal-hal yang humanis dalam melaksanakan tugasnya yakni
dalam penegakkan hukum dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Di era digital sekarang ini dimana semua serba
terbuka, maka tantangan Polri akan semakin berat. Namun demikian, upaya Polri
yang cepat beradaptasi dengan perkembangan zaman menunjukkan Korps Bhayangkara
memiliki komitmen untuk melakukan inovasi sehingga mampu menjawab tantangan dan
permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Sikap anti kritik merupakan komitmen yang luar biasa
dari Polri dan hal itu dimaksudkan agar organisasi Polri berkembang secara
dinamis.
Dengan paradigma baru ini Polri diharapkan setiap
tahun akan mengalami peningkatan dalam pelayanan terhadap masyarakat. Dengan
demikian, maka secara otomatis citra Polri akan semakin baik di mata dan makin
dicintai masyarakat. Bravo Polri.*** (Maksuni, Praktisi Pers)