Mendorong Pemda di Banten Prioritaskan Mitigasi Bencana
Sumber Gambar :Banten sebagai daerah rawan bencana menjadi salah satu perhatian pemerintah. Salah satu yang mendapat perhatian serius yakni bencana gempa bumi dan tsunami.
Berdasarkan
catatan sejarah gempa dan tsunami, di wilayah Selat Sunda memang sering terjadi
tsunami, tercatat Tsunami Selat Sunda pada 1722, 1852, dan 1958 disebabkan oleh
gempa.
Kemudian,
Tsunami pada 416, 1883, 1928, 2018 berkaitan dengan erupsi Gunung Krakatau.
Sedangkan tsunami tahun 1851, 1883 dan 1889 dipicu aktivitas longsoran.
Dalam
era teknologo digital sekarang informasi mengenai kebencanaan, baik gempa bumi
dan tsunami berjalan cepat dan masif. Tak sedikit, masyarakat terkecoh oleh infomasi yang tidak benar yang
menyebabkan masyarakat mengalami disinformasi.
Maka
upaya Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG) mensosialisasikan
informasi potensi gempa bumi dan tsunami di Selat Sunda dalam upaya
kesiapsiagaan masyarakat Pandeglang menghadapi bencana, di Pendopo Pandeglang,
Selasa (25/1/2022) menjadi sangat tepat.
Dengan
penjelasan dari BMKG sebagai lembaga yang berwenang, maka informasi yang
disampaikan akan lebih jelas dan akurat. Apalagi berkaitan dengan informasinya
adanya potensi gempa megatrust 8,7 M di Selat Sunda.
Informasi
mengenai potensi gempa megatrust akan berdampak negatif jika disampaikan tidak
utuh dan tidak dalam kerangkan meningkatkan mitigasi bencana. Yang ada justru
kepanikan, takut sehingga merugikan masyarakat dan dunia usaha.
Berbagai
kejadian bencana di Banten hendaklah menjadi pelajaran yang sangat berharga
untuk terus meningkatkan kemampuan dalam mitigasi bencana.
Sebagaimana
disampaikan Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Suko Prayitno Adi mengatakan gempa bermagnitudo (M) 6,6 yang
terjadi di Banten Selatan pada 14 Januari 2022 dapat menjadi pembelajaran untuk
kesiapan mitigasi bencana (Kabar Banten, 26 Januari 2022).
Yang
dimkasud pembelajaran agar semua pemangku kepentingan untuk saling berbagi
pengetahuan (sharing knowledge) dan kesiapan untuk meningkatkan mitigasi
bencana sehingga dapat memberikan solusi terbaik.
Salah
satu yang disarankan BMKG yakni agar di
setiap kecamatan agar disediakan peta potensi rawan bencana guna mengetahui
daerah mana saja yang kiranya berpotensi adanya bencana alam Tsunami.
BMKG sudah menyediakan aplikasi mobile berbasis
android dan iOS tentang Informasi cuaca maupun informasi potensi bencana bagi
masyarakat. Hal yang penting untuk diedukasi kepada masyarakat yakni potensi
bencana memang ada, namun masyarakat tidak perlu khawatir.
Dengan
adanya bekal pelatihan mitigasi bencana yang dimiliki sehingga masyarakat sudah
siap untuk menghadapi apabila bencana. Dengan demikian, maka saat bencana
terjadi korban bisa diminimalisasi.
Dengan
masifnya masyarakat mendapatkan informasi mengenai kebencanaan maka diharapkan
akan tumbuh kesadaran masyarakat di daerah rawan bencana ketika tiba-tiba
terjadi bencana. Beberapa gempa bumi yang terjadi semestinya makin memberikan
pengalaman lebih siap lagi dalam menghadapi datangnya bencana gempa bumi dan
tsunami.
Oleh
karena itu, diharapkan pemda di Banten yang daerah rawan bencana menjadikan
program mitigasi bencana kepada masyarakat menjadi salah satu prioritas
pembangunan. Pada awal tahun 2022 sedang dilakukan forum rancangan awal rencana
kerja pemerintah daerah (RKPD) 2023 menjadi momentum tepat untuk mendorong
pemda merencanakan program dalam rangka mitigasi bencana.
Dengan
program mitigasi kontinu, maka diharapkan setiap tahun kemampuan mitigasi
bencana masyarakat di daerah rawan bencana bisa terus meningkat. Semoga.
(Maksuni, Praktisi Pers)***