Mencegah Tawuran Pelajar Dimulai dari Lingkungan Keluarga

Sumber Gambar :

Tawuran antar pelajar di Provinsi Banten pada 2022 menunjukkan angka yang mengkhawatirkan karena menyebabkan hilangnya nyawa.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten mencatat selama Januari-Juli 2022 tercatat sebanyak 4 pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Provinsi Banten meninggal dunia akibat tawuran.

Kondisi ini tentu membuat kota prihatin. Mengingat, pelajar merupakan generasi muda yang akan menjadi calon pemimpin masa depan. Kita merasa prihatin atas kejadian tawuran tersebuut. Tentu saja, hal ini harus menjadi perhatian semua bahwa tawuran masih dekat dengan kalangan pelajar di Banten.

Oleh karena itu, baik sekolah, orang tua dan Dinas Pendidikan harus bekerja sama agar tawuran antar pelajar ini tidak terulang.

Munculnya tawuran di Kota Serang ini pun mendapat perhatian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Banten.  Mengingat, tidak hanya tawuran menggunakan senjata tajam tetapi juga perang sarung yang terjadi pada Bulan Suci Ramadan.

Diharapkan aksi tawuran bisa dihilangkan di kalangan pelajar karena tawuran dapat mengancam masa depan generasi muda karena tidak akan mendapatkan apa-apa setelah mengikuti tawuran dan akan merugikan diri sendiri.

Fakta terungkat permasalahan tawuran  bisa terjadi karena arus teknologi dari media sosial seperti saling ejek di media sosial. Selain itu, faktor pemicu lainnnya ingin mendapatkan pengakuan dari sesama teman.

Oleh karena itu, dibutuhkan penyelesaian secara komprehensif dalam menangani permasalahan tawuran. Artinya, penanganan itu bukan hanya polisi, Dinas Pendidikan saja tetapi bersama dilakukan oleh masyarakat, terutama dimulai dari lingkungan keluarga dan sekolah.

Upaya yang dimaksud dalam mencegah tawuran pelajar, yaaknisekolah dapat membuat kegiatan-kegiatan yang bernuansa positif untuk pelajar, seperti menyediakan kegiatan ekstra kurikuler yang menjadi minat dan hobi pelajar dan pelibatan dalam kegiatan sekolah.

Upaya ini merupakan bentuk penyaluran energi usia muda supaya pelajar jauh dari pergaulan yang menyimpang. Komitmen sekolah dalam menerapkan hal ini sangat penting dalam mencegah pelajar terlibat tawuran maupun perilaku menyimpang lainnya.

Dalam pelaksanaannya, maka dibutuhkan kerja keras dari guru maupun pengurus sekolah dalam menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, produktif dan jauh dari kegiatan hura-hura atau menyimpang.

Di lingkungan keluarga, orang tua diharapkan mampu mengawasi perkembangan anak-anaknya secara intens terutama pengawasan anak dalam lingkup keluarga setelah anak pulang sekolah.

Pengawasan keluarga sangat penting, terutama dalam penggunaan gadget anak.  Selain banyak manfaat, penggunaan gawai yang mudah diakses sangat mendukung adanya tindakan kriminalitas yang melibatkan anak. Anak-anak memiliki watak keingintahuan yang tinggi, kerap kali terlibat dalam ajakan yang menyimpang.

Berbagai aksi kejahatan dengan korban pelajar sudah seringkali terjadi. Oleh karena itu, pendekatan dan perhatian orang tua kepada anak harus ditingkatkan. Jangan sampai peran orang tua tereduksi oleh kehadiran gadget sehingga peran mendidik menjadi hilang. Jika demikian, maka anak akan berpotensi terpengaruh pada kegiatan yang menyimpang.

Berbagai kejadian tawuran yang timbul, memerlukan perhatian lebih dari kalangan orang tua, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak, serta perhatian dan kasih sayang menjadi pencegah anak terpengaruh  kawan sebayanya ikut tawaruan maupun kegiatan menyimpang lainnya.

Perhatian dari lingkungan masyarakat juga sangat dibutuhkan karena menjadi pranata sosial ketiga bagi anak, setelah keluarga dan sekolah. *** (Maksuni, Praktisi Pers)


Share this Post