Langkah WH Menata Ibukota Provinsi, Kepala Daerah Harus Inovatif

Sumber Gambar :

Gubernur Banten Wahidin Halim berbincang dengan Pemred Radar Banten Delfion Saputra di Studio Banten Raya TV, Graha Pena Radar Banten, Kota Serang, Rabu (31/7). Foto Qodrat Radar Banten.

SERANG – Berbekal pengalamannya selama dua periode memimpin Kota Tangerang, Gubernur Banten Wahidin Halim memiliki sejumlah langkah untuk melakukan penataan Kota Serang sebagai ibukota Provinsi Banten.

Menurutnya, kepala daerah harus memiliki kreativitas dan inovasi dalam menata ibukota. Itu bertujuan untuk memaksimalkan fungsi sebuah kota. Di mana kota berfungsi untuk pusat pemerintahan, perniagaa, hingga permukiman. Demikian diungkapkan Gubernur Banten Wahidin Halim saat berkunjung ke Graha Pena Radar Banten, Jalan Kolonel Tb Suwandi, Serang, Rabu (31/7).

Gubernur yang akrab disapa WH itu memaparkan, saat datang ke Kota Serang, dirinya tidak melihat tanda sebuah kota. Berbeda ketika berkunjung ke kota lainnya seperti Bandung, Surabaya, Medan, dan lainnya. Kondisi seperti itu juga ternyata dialami pendatang lain, tak ada kesan kota. Pun saat keluar pintu Tol Serang Timur, tidak ada landmark.

“Menata ibukota provinsi harus memiliki inovasi dan kreativitas,” ujarnya.

“Saya dalam konteks pembangunan harus sungguh-sungguh. Seharusnya kota memiliki saluran air dan trotoarnya baik, serta penataan pedagang dan masyarakat yang tahu akan hak dan kewajibannya,” sambung pria yang pernah menjadi anggota DPR RI itu.

Kondisi berbeda saat orang memasuki Kota Tangerang, ada kesan orang merasa masuk ke sebuah kota. Kondisi seperti itu ke depan harus terjadi di Kota Serang.

“Apa yang dilihat setiap harinya sampah bertumpukan, rumput, saluran air kotor, jalan sempit, tanaman tak disiram. Saya kira semua orang yang datang ke Kota Serang bertanya di mana kotanya?” terangnya.

Kata WH, langkah awal Pemprov melakukan penataan wajah Kota Serang dimulai dari pintu Tol Serang Timur yang sebelumnya kumuh. Mulai dari pemotongan pohon, penataan jalan, hingga pelebaran jalan. Termasuk beberapa langkah membangun dan membuka jalan alternatif.

“Itu dilakukan agar masyarakat banyak memilih alternatif. Mendesain kota baru tanpa menghapus kota lama. Ini menjadi sebuah kekuatan baik sosial, sejarah, budaya, maupun peradaban, dan mendongkrak perekonomian atau multiplier effect,” terangnya.

Mengenai progres pembangunan, WH pun menceritakan bagaimana memulai penataan Kota Tangerang saat menjabat sebagai walikota sehingga saat ini menjadi sebuah kota. Begitupun yang saat ini dirinya lakukan. Ia berkeyakinan Banten Lama ke depan bisa melakukan inovasi, menjadi kekuatan untuk daya tarik Kota Serang. “Kota itu dinamis, berbeda dengan desa statis, kota itu banyak variabelnya.  Kebutuhan syarat menjadi kota misalnya membutuhkan ruang publik,” katanya.

Begitupun dengan pengelolaan sampah, ia mengaku, saat itu Kota Tangerang pernah menyandang predikat kota terkotor ke-13 se-Indonesia. Namun, secara teknis penanganan sampah dengan sistem mulai dari sampah rumah tangga ke pembuangan sampah sementara, lalu ke pembuangan sampah akhir.

“Memang, sampah ini tak terlepas dari perilaku dan budaya masyarakat. Tinggal kita bagaimana memfasilitas tempat-tempat pembuangan sampah sementara,” ujarnya.

Semua akan mudah jika dilakukan secara bersama-sama. Sampah jika tidak segera ditanggulangi maka berdampak pada berbagai sektor lainnya, terutama soal kesehatan. “Kesadaran masyarakat sangat penting, makanya pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak. Saya yakin bisa, saya tetap optimistis,” tandasnya.

Konsen lain yang menjadi langkah gubernur, yakni penataan kawasan Banten Lama yang selama ini terkesan kumuh, tidak terurus, dan jalannya yang sempit. “Tempat ini (Banten Lama-red) dulu menjadi pusat peradaban,” katanya.       

Ribuan pengunjung ke tempat bersejarah itu. Menurut WH, tamu harus difasilitasi dengan lampu, air, dan fasilitas lainnya yang cukup. Sehingga, orang yang  datang ke Banten Lama merasa senang.

“Yang paling penting, Banten Lama menjadi pusat perhatian. Orang datang puluhan ribu ke Banten Lama, ini potensi luar biasa,” katanya.

“Suasana kebatinan masyarakat Banten bahwa Kesultanan Banten menjadi kebanggaan dan spirit bagi kita membangun Banten menjadi sebuah kekuatan,” tambah pria kelahiran Tangerang 1954 itu.

Banyaknya persoalan terkait pengelolaan Banten Lama seperti dugaan pungutan liar, WH mengaku, hal itu meyakinkan dirinya untuk melakukan penataan Banten Lama yang selama ini terabaikan. Ia pun tak mempersoalkan siapa nanti yang mengelola, tapi lebih kepada bagaimana orang senang datang ke Banten Lama.

“Jangan terjebak di situ, bagaimana memperbaiki tempat yang banyak dikunjungi masyarakat. Tugas pemkot bagaimana mengelola dan membangun fasilitas pengunjung,” terangnya.

Pria bergelar doktor di bidang pemerintahan Universitas Padjadjaran itu mengatakan, Pemprov telah menyediakan alokasi anggaran Rp2 miliar untuk pemeliharaan. Sepanjang tidak merusak budaya dan menelantarkan sejarah.

“Selama saya menjadi gubernur akan bantu revitalitasi, sampai melebar menjadi sebuah kota yang berperadaban dengan melibatkan masyarakat,” katanya. 

Sumber : https://www.radarbanten.co.id/langkah-wh-menata-ibukota-provinsi-kepala-daerah-harus-inovatif/


Share this Post