Kolaborasi Penanganan Stunting, Pj Gubernur Al Muktabar Buka Workshop e-dasawisma TP PKK Provinsi Banten Bersama FK UI
Sumber Gambar :Penjabat (Pj) Gubernur Banten
Al Muktabar membuka Workshop Administrasi PKK melalui e-dasawisma di Ruang
Rapat 1 Gedung Negara Provinsi Banten Jl. Brigjen KH Syam'un No. 5 Kota Serang,
Selasa (13/6/2023). Aplikasi e-dasawisma merupakan program digital pendataan
dalam penanganan stunting yang dikembangkan Tim Penggerak Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Banten berkolaborasi dengan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
“PKK organisasi yang aksesnya
sampai ke rumah tangga. PKK memiliki peran strategis sebagai mitra kolaborasi.
Kita optimalkan peran PKK dalam pembangunan Provinsi Banten,” ungkap Al
Muktabar.
Dikatakan, Presiden Republik
Joko Widodo menekankan penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem secara
bertahap. Pemerintah Provinsi Banten berkolaborasi dengan para pemangku
kepentingan dalam percepatan penanganan stunting.
“Semua pihak menyatakan
mendukung penanganan stunting dan gizi buruk serta kemiskinan ekstrem. Dengan
kerja bersama dan gotong royong, penanganan stunting hasilnya akan optimal,”
ungkap Al Muktabar.
“Apresiasi dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada segenap kader PKK atas segala dedikasi dalam rangka
Pemerintah hadir pada penanganan stunting,” tambahnya..
Masih menurut Al Muktabar,
angka stunting di Provinsi Banten turun 4,5 persen. Dalam waktu dekat juga akan
dilakukan survei kembali. Hak itu untuk mengukur kembali terhadap program dan
langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penanganan stunting.
Dijelaskan, data akurat itu
sangat penting. Melalui aplikasi e-dasawisma, para kader PKK akan mencatat
untuk kerangka kerja dalam penanganan stunting dari mana ke mana serta siapa
berbuat apa. Melalui input data itu, pihaknya benar-benar tahu apa yang terjadi
di masyarakat serta bisa menjadi latar belakang kebijakan.
“Aplikasi ini bisa menjadi
dasar pengambilan keputusan. Data yang baik akan melahirkan kebijakan dan
kerangka kerja yang tepat. E-dasawisma memperkuat basis data kita dalam
menangani stunting,” tegas Al Muktabar.
“Semoga ini bagian dari
kerangka kerja konstruktif yang hasilnya akan luar biasa. Penanganan stunting
kita dekati secara menyeluruh,” tambahnya..
Masih menurut Al Muktabar,
Pemprov Banten fokus dengan segala kelembagaan, bergotong-royong dalam
menangani stunting. Menggiatkan penanganan stunting untuk memaksimal bonus
demografi bangsa Indonesia, membangun generasi muda Indonesia
“Ini juga bagian dari ibadah
kita. Semoga mendapat pahala dari Allah SWT. Penanganan stunting harus kita
sikapi dengan bahagia, karena ini bagian dari ibadah,” tambahnya.
“Banten Maju, Indonesia Maju,”
pungkas Al Muktabar.
Dalam laporannya, Ketua
Panitia yang merupakan Plt Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Banten
Usman Asshiddiqi Qohara mengungkapkan, workshop untuk meningkatkan pengelolaan
administrasi PKK melalui e-dasawisma sehingga kehadiran PKK dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat.
“Bagian dari percepatan
penanganan stunting di Provinsi Banten. Melalui aplikasi ini diharapkan lebih
mempermudah dan mempercepat penanganan administrasi,” ungkapnya.
Masih menurut Usman, workshop
diikuti oleh 400 orang kader PKK Provinsi Banten yang terbagi dalam dua (2)
sesi serta terakses secara online oleh para kader PKK. Dengan narasumber dr Ali
Lamury dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sebagai informasi, seperti
yang dipaparkan Ketua TP PKK Provinsi Banten Tine Al Muktabar, pihaknya
berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengembangakan
aplikasi e-dasawisma. Memodifikasi konsep dasawisma yang telah alam
diaplikasikan dalam pemberdayaan kesejahteraan keluarga untuk penanganan
stunting.
Dijelaskan, seorang kader PKK
akan mendampingi 10 keluarga dengan anak stunting. Dalam aplikasi ini nantinya
anak stunting terdata by name by address, perkembangan, langkah-langkah
intervensi atau penanganan yang telah dilakukan akan tercatat berikut
parameternya. Sehingga bila langkah penanganan yang dilakukan dalam kurun waktu
yang ditargetkan kurang efektif bisa dilakukan penanganan secara lebih
spesifik.