Kasus Warga Baduy Digigit Ular dan Pelayanan Medis di Pelosok Banten

Sumber Gambar :

Kasus warga digigit ular berbisa meningkat dalam sepekan terakhir, yakni di wilayah pedalama Baduy Lebak.

Dalam diskusi Obrolan Mang Fajar Rabu (10/8/2022), Koordinator Relawan Sahabat Indonesia Muhammad Arif Kirdiat mengungkapkan dalam sepakn terakhit tercatat lima warga Badui di pedalaman Kabupaten Leba digigit ular berbisa.

Dari lima warga tersebut satu di antaranya meninggal dunia akibat terlambat mendapatkan perawatan medis.

Selain itu juga satu orang lainnya akan dilakukan amputasi sehubungan kondisi kaki sudah membusuk setelah dibawa ke tenaga medis tersebut.

Menurut dia, dirinya sangat miris sekali melihat tiga unit puskesmas di perbatasan kawasan pemukiman Badui yakni Puskesmas Cirinten, Puskesmas Bojongmanik dan Puskesmas Cisimeut stok obat anti bisa ular kosong.

Problem lain dalam penanganan di pelosok yakni saat pasien dibawa ke RSUD tidak punya BPJS Mandiri maupun BPJS PBI bantuan pemerintah. Mengingat, warga pedalaman Baduy banyak yang tidak memiliki KTP.

Problem penanganan medis di daerah pelosok harus menjadi perhatian serius pemda. Pendirian pos kesehatan desa (poskesdes) atau yang didirikan relawan yang dinamakan Saung Sehat menjadi solusi di tengah keterlambatan penanganan medis.

Dilansir Antara (10/8/2022), Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Firman Rahmatullah mengatakan saat ini ular berbisa yang mematikan itu jenis ular tanah, sehingga jika digigit maka cepat ditangani tenaga medis.

Mereka warga Kabupaten Lebak yang menjadi korban gigitan ular berbisa dan biasanya membuka lahan-lahan ladang untuk bercocok tanam.

Populasi ular tanah yang mematikan itu habitatnya di suhu dingin juga banyak bambu atau semak belukar. Masyarakat Kabupaten Lebak, termasuk Badui kerap menjadi korban gigitan ular berbisa bila membuka ladang.

Meningkatnya warga yang digigit ular menyebabakan stok serum anti bisa ular (ABU) di Kabupaten Lebak menipis. Data di Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, total serum ABU yang hanya tersedia hanya 44 vial.

Kabid Sumber Daya Kesehatan (SDK) Dinkes Lebak, Endang Komarudin, mengatakan stok serum ABU yang menipis terutama di beberapa puskesmas yang dekat dengan wilayah perkampungan Baduy yakni Puskemas Cisimeut, Puskesmas Bojongmanik dan Puskesmas Cirinteun.

Untuk mengantisipasi kekurangan di puskesmas-puskesmas tersebut, Dinkes akan menambah serum dari puskesmas lain yang tingkat kasusnya rendah.

Langkah cepat harus dilakukan dengan penambahan stok di daerah yang rawan kasus digigit ular harus menjadi perhatian. Jangan sampai ada korban lagi yang tidak bisa ditangani secara cepat yang mengakibatkan kematian.

Pemda juga harus didorong memberikan perhatian serius terhadap kasus warga digigit ular berbisa, termasuk secara umum memperbaiki penanganan medis di daerah pelosok.

Salah satunya yakni dengan pendirian Poskesdes maupun menggandengan kalangan relawan atau aktivis NGO dalam pendirian Saung Sehat sebagaimana dilakukan Sahabat Relawan Indonesia. Kasus warga Baduy digigit ular berbisa menjadi titik tolak pemda dalam melakukan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di pelosok Banten dengan penyediaan sarana dan prasarana serta stok obat yang cukup. Hal ini sangat urgen mengingat jarak tempuh yang jauh, mengharuskan pemda atau OPD terkait mampu menjaga ketersediaan obat. Misalnya untuk penanganan pasien yang sangat membutuhkan penanganan cepat seperti warga yang diggirt ular berbisa.

Dengan komitmen pemda dibantu relawan dan NGO kesehatan dan kemanusiaam diharapkan problem layanan medis dasar di pelosok Banten bisa diatasi. *** (Maksuni, Praktisi Pers)

 


Share this Post