Jangan Remehkan Protokol Kesehatan
Sumber Gambar :Dalam beberapa pekan
belakangan ini, masyarakat cenderung mengbaikan protokol kesehatan. Hal yang
tampak sekali yakni saat masyarakat melaksanakan ibadah kurban dan juga saat
wisata ke objek wisata.
Kondisi tersebut
tentu membuat kita khawatir. Kasus positif Covid-19 masih naik dan belum
mengalami penurunan. Namun masyarakat justru mengabaikan protokol kesehatan.
Hal ini membuat
Presiden Joko Widodo khawatir. Dalam rapat terbatas yang membahas penanganan
Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional bersama jajarannya di Istana Merdeka,
Jakarta, Senin (3/8/2020). Seperti dikutip dari laman resmi covid19.go.id,
Presiden memberi dua arahan. Salah satunya mengenai sosialisasi protokol
kesehatan kepada masyarakat.
Presiden mengaku
heran karena suasana pada minggu-minggu terakhir ini kelihatan masyarakat
berada pada posisi yang khawatir mengenai Covid-19. Entah karena kasusnya
meningkat atau, kata Jokowi, terutama menengah atas melihat, karena orang yang
tidak taat pada protokol kesehatan tidak semakin sedikit, tetapi semakin
banyak.
Berdasarkan data
hingga Minggu, 2 Agustus 2020, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di
Indonesia mencapai 111.455 orang dengan 68.975 orang sembuh dan 5.236 orang
meninggal. Presiden pun menyoroti persentase angka kematian di Indonesia yang
lebih tinggi dari angka kematian global.
Oleh sebab itu,
kepala negara kembali mengingatkan agar penerapan protokol kesehatan terus
disosialisasikan kepada masyarakat. Secara khusus, Presiden ingin agar
sosialisasi tersebut dilakukan secara terfokus dan tidak dilakukan secara
sekaligus.
Presiden
menginginkan agar protokol kesehatan, perubahan perilaku di masyarakat
betul-betul menjadi perhatian kita. Oleh karena itu pemerintah akan fokus
kampanye mengenai pakai masker, jaga jarak atau cuci tangan.
Keprihatinan Jokowi
juga menjadi perhatian kita semua. Di Provinsi Banten kita juga khawatir karena
kasus positif Covid-19 kembali melonjak di pekan ke-21 penerapan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB). Sebanyak 40 kasus baru tersebut, terjadi di Kota
Tangerang yang berasal dari penularan klaster perkantoran di DKI Jakarta sebanyak
15 kasus dan kontak erat 13 kasus.
Dari total kasus baru
itu, 15 kasus berasal dari penularan klaster perkantoran di DKI Jakarta.
Kemudian, 13 kasus berasal dari kontak erat seperti penularan dari orang
terdekat atau keluarga. Sedangkan 4 kasus berasal dari interaksi sosial di luar
ruangan dan 3 kasus lainnya berasal dari tenaga kesehatan.
Tren kenaikan kasus
terkonfirmasi positif pun bukan hanya di Tangerang Raya tetapi juga Kota
Cilegon dan Kota Serang. Penambahan kasus ini menunjukkan jika masyarakat lengah,
Covid-19 mengancam. Jangan anggap remeh karena pandemi Covid-19 belum berakhir.
Dari tren lonjakan
kasus baru seharusnya menjadi perhatian kita bersama bahwa pandemi Covid-19
belum berakhir. Oleh karena itu, masyarakat harus tetap waspada dan disiplin
dalam menerapkan protokol kesehatan. Jika masyarakat lengah, maka kemungkinan
penyebaran Covid-19 gelombang kedua bisa saja terjadi. Ini yang sangat tidak
kita harapkan.
Kampanye penggunaan
masker yang digaungkan pemerintah harus didukung karena itu cara praktis dalam
memutus rantai penyebaran Covid-19. Oleh karena itu, jangan pernah mengabaikan
ancaman Covid-19, karena virus tersebut nyata. Maka waspada dan tetap disiplin
menerapkan protokol kesehatan. (Maksuni, praktisi pers) ***