Industri Perbukuan Bertahan di Era Pandemi

Sumber Gambar :

Pandemi Covid-19 berdampak pada berbagai sektor, terutama sektor perekonomian. Salah satunya industri perbukuan Tanah Air.

Sejak era teknologi digital berkembang pesat, industri perbukuan telah menghadapi tantangan berat melalui buku versi digital. Di sisi lain, harga baku kertas terus melambung tinggi.

Covid-19 yang masih berlangsung memaksa penerbit untuk melakukan berbagai upaya menggenjot penjualan baik dengan konvensional maupun dalam jaringan (daring) serta mengikuti pameran buku.

Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Banten Andi Suhud Trisnahadi dengan kondisi ini  penerbit melakukan berbagai upaya untuk menggenjot penjualan. Pameran buku salah satu upaya untuk pemulihan dan sekaligus untuk menormalisasi keadaan tersebut, buku merupakam ekspresi budaya yang hidup dan sebagai bagian dari bahasa yang dipilih yakni ditulis, diproduksi, dipertukarkan, digunakan, dan dihargai dalam latar bahasa dan budaya tertentu (KabarBanten.com, 27 Mei 2021).

Selain itu, pihaknya juga menyediakan marketplace di Ikapistore di laman store.ikapi.org, itu dilakukan untuk membantu penjualan penerbit dan memudahkan masyarakat yang ingin membeli buku di marketplace secara resmi.

Upaya Ikapi dalam melakukan terobosan harus mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat termasuk pemerintah. Dalam kondisi terpuruk, maka pelaku industri perbukuan juga harus mendapat perhatian supaya bisa bertahan dan bangkit dari keterpurukan.

Beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah yakni memberikan subsidi untuk harga baku kertas agar bisa membuat harga buku tidak terlalu mahal.

Selain subsidi biaya bahan kertas, pemerintah juga mendorong instansi untuk memproduksi buku dalam berbagai bidang sebagai bagian dalam memperkaya khazanah keilmuan. Pemerintah memiliki akses luas dan kebijakan dalam rangka mendorong industri perbukuan bisa tetap bertahan dan bangkit.

Pendirian perpustakaan daerah, perpustakaan kampus, perpustakaan instansi, pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) merupakan pangsa pasar industri perbukuan. Tinggal bagaimana pemerintah memiliki komitmen dalam rangka menumbuhkan industri perbukuan lebih berkembang.

Pemprov maupun pemkab/pemkot memiliki komitmen mendorong industri perbukuan bisa bertahan dan berkembang. Salah satunya dengan berkolaborasi dengan industri perbukuan dalam berbagai program.

Kolaborasi itu pula yang ditekankan Mendikbud Ristek Nadiem Makarim. Kolaborasi industri perbukuan bisa dilakukan dengan sektor pariwisata, pendidikan, ekonomi perdagangan, budaya dan agama.

Untuk mewujudkan terjalinnya kolaborasi maka pentingnya pelaku industri perbukuan pro aktif menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait. Dengan demikian, akan terjalin kesepahaman dan komitmen dalam hal mendorong industri perbukuan berkembang maju.

Sejauh ini, peluang penggarapan buku di pemerintah daerah maupun sektor lain masih minim. Justru yang paling mendominasi hanya dalam bentuk kumpulan laporan program sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban.

Padahal,  akan lebih bagus jika tidak hanya laporan tetapi disusun dalam bentuk buku yang akan bernilai akademik untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Semangat ini, tentu harus dimiliki para pemangku kepentingan sehingga menganggap pentingnya aspek program dan pelaksanaannya menjadi dokumen ilmiah yang akan berguna bagi berbagai kalangan. Semoga saja, Banten bisa mewujudkan daerah yang dindustri perbukuan bisa berkolaborasi dan menghasilkan banyak karya-karya buku.*** (Maksuni, Praktisi Pers)


Share this Post