Fenomena Manusia Gerobak di Masa Pademi Covid-19
Sumber Gambar :Saat pandemi Covid-19 di Ramadan ini, keberadaan para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), makin meningkat. Selain gelandangan dan pengemis, di Kota Serang bermunculan “manusia gerobak” istilah untuk warga yang membawa anak-anak kecil dalam gerobak untuk tempat tinggal, tidur dan makan.
Bila diamati manusia gerobak ini mulai
berkeliaran pada sore hari di beberapa titik, salah satunya di Jalan Jenderal
Ahmad Yani. Jalur protokol tersebut mereka biasa beristirahat melepas lelah.
Tak sedikit dari mereka membawa anak-anak yang masih balita. Bahkan,
memandikannya di pinggir jalan menggunakan air dalam botol kemasan.
Keberadaan manusia gerobak ini
cukup meresahkan warga. Di tengah pandemi Covid-19 ini membawa orang lanjut
usia dan anak kecil sangat rentan terhadap penularan Covid-19. Namun tak jarang
banyak warga pula yang memberikan bantuan saat manusia gerobak melintasi jalan.
Keberadaan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) pada saat Ramadan ini yang makin marak hal yang
biasa terjadi setiap tahun. Ini juga menunjukkan tentang kondisi masyarakat
yang ekonomi terpuruk saat pandemi Covid-19 ini. Pemkot Serang tentu harus
melakukan penanganan secara baik, mendata dan menelusuri keberadaan mereka,
termasuk apakah mereka sudah terdata menjadi penerima bantuan karena terdampak
Covid-19.
Keberadaan manusia gerobak ini perlu
dilakukan pendataan oleh Dinas Sosial. Pemetaan yang dimaksud menyangkut asal
usul, identitas dan kondisi sosial ekonomi lainnya. Bagaimana pun, manusia
gerobak merupakan salah satu yang menjadi perhatian dalam penanganan PMKS.
Pendataan terhadap kalangan PMKS juga
merupakan hal yang perlu dilakukan. Mengingat keberadaan mereka merupakan
kelompok yang rentan karena mobilitasya. Sementara mereka mengabaikan protokol
kesehatan yakni tidak memakai masker dan menjaga kebersihan.
Alangkah baiknya pihak terkait melakukan
penanganan terhadap para PMKS yang berleliaran di Kota Serang, dengan mendata
identitas, sehingga bisa dilakukan bantuan. Pendekatan persuasif harus
dikedepankan dalam penanganan PMKS ini. Hal itu sangat menentukan saat mereka
diikutkan dalam berbagai pelatihan kerja.
Keberadaan manusia gerobak sejatinya
adalah dampak dari ekonomi yang sulit. Meskipun, harus diakui pula, ada yang
sengaja menjadikan modus mencari pendapatan. Tetapi dalam kacamata sosial
ekonomi, manusia gerobak adalah potret meningkatnya kemiskinan di suatu daerah.
Oleh karena itu, penanganan manusia
gerobak tentu tak bisa dipisahkan dari penanganan secara umum dalam penanganan
kemiskinan. Ya, PMKS adalah persoalan hilir dari persoalan hulunya yakni
kemiskinan. Untuk itu, penanganan manusia gerobak juga harus terintegrasi
dengan penanganan kemiskinan, bukan hanya persoalan sosial semata.
Dalam komteks ini, fenomena manusia
gerobak sama seprtinya halanya fenomena pengemis yang marak saat Ramadan.
Selain masalah perilaku, mental dan sikap, pasti pangkal persoalan pada kemiskinan,
tak memiliki skill dan sebagainya.
Fenomena manusia gerobak menunjukkan
kepada kita, masih banyak orang yang kesusahan saat pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, semua pihak harus peduli terhadap masyarakat sekitanya supaya
tidak ada yang sampai ekonominya terpuruk, luput dari pantauan. (Maksuni,
pemerhati sosial)***