Dialog BNPT Bareng Habib Lutfi Digelar di Lebak, Wagub: Masyarakat Harus Terus Diberi Pemahaman
Sumber Gambar :RANGKASBITUNG - Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy menghadiri
Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan BNPT RI tentang Pencegahan Paham Radikal dan
Terorisme di Pondok Pesantren Nurul Falah, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak,
Senin (7/2). Dalam acara yang menghadirkan pembicara utama Anggota Dewan
Pertimbangan Presiden Habib M Luthfi Bin Ali Bin Yahya, Andika mengaku
mengapresiasi kegiatan tersebut sebagai upaya terus menerus bangsa Indonesia
untuk memerangi paham radikal keagamaan.
"Kita semua, masyarakat memang perlu untuk terus diberi
pemahaman tentang radikalisme dan terorisme," kata Andika dalam
sambutannya. Hadir pada acara tersebut Kepala BNPT RI Komjen Pol Boy Rafli
Amar, Anggota Komisi III DPR RI Dapil Banten I (Fraksi Partai Golkar) Adde Rosi
Khoerunnisa, dan Ulama Banten KH Abuya Muhtadi Dimyati.
Menurut Andika, paham radikalisme dan terorisme keagamaan di
Indonesia sudah merasuk ke seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa. Virus
radikalisme dan terorisme dimaksud kata Andika, berusaha keras dan terus
menerus menyusupi anggota masyarakat tanpa memandang golongan sosial, ekonomi,
politik, dan usia. "Tentunya yang paling mengkhawatirkan adalah kalau
sudah merasuk menyusup ke dalam pemikiran anak-anak kita, dan lebih mirisnya
lagi anak-anak kita mendapati paham itu di dunia pendidikan misalnya,"
katanya.
Andika menyebut pemaparan paham radikalisme dan terorisme yang
perlu mendapat perhatian serius semua elemen bangsa saat ini adalah yang
dilakukan melalui media sosial. Untuk itu, kata Andika, Pemprov Banten mengajak
semua stakeholder untuk memerangi paham
radikalisme dan terorisme di Banten khususnya untuk duduk bersama merumuskan
upaya konkrit mencegah pemaparan paham radikalisme dan terorisme melalui media
sosial. "Pemprov Banten melalui OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait
siap bersinergi menggelar program pencegahan paham radikalisme dan terorisme di
Banten," kata Andika.
Terkait pemahaman yang diperlukan oleh masyarakat untuk terus
diberikan oleh BNPT sendiri, Andika menyebut masyarakat masih belum banyak yang
tahu bahwa terpapar paham radikalisme dan terorisme itu kadarnya ada yang
ringan, sedang dan berat. "Lebih dari itu masyarakat juga banyak yang
tidak sadar kalau dirinya, keluarganya atau lingkungannya sudah terpapar paham
radikalisme dan terorisme," imbuhnya.
Habib Luthfi sendiri dalam ceramahnya mencontohkan nilai-nilai
toleransi di Indonesia telah ditanamkan sejak zaman Wali Songo saat menyebarkan
Agama Islam di Nusantara. Habib Luthfi mencontohkan Sunan Kudus adalah salah
satu dari Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Nusantara dengan
menanamkan nilai-nilai toleransi. "Karena waktu itu masyarakat Kudus
beragama Hindu yang mensucikan hewan sapi, maka meski sudah banyak
meng-Islamkan masyarakat Kudus, Sunan Kudus melarang masyarakat Kudus memotong
hewan sapi. "Sampai hari ini tidak ada di Kudus itu yang potong atau
sembelih Sapi. Potongnya di Jepara atau dimana. Poinnya adalah nilai
toleransinya," kata Habib Luthfi.
Lebih jauh Habib Luthfi mengatakan, yang menjadi PR bangsa
Indonesia saat ini adalah bagaimana menanamkan kebanggaan sebagai warga Negara
dan bangsa Indonesia. "Coba saya tanya, itu kalau pas kita Nyanyi
Indonesia Raya itu kita karena memang cinta atau karena peraturan?"
tanyanya
Padahal menurut Habib Luthfi kebanggaan sebagai bangsa Indonesia harusnya sudah tertanam di setiap sanubari bangsa Indonesia demi mengingat keluhuran dan keagungan peninggalan sejarah dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. "Coba itu Borobudur, Prambanan, bagaimana tidak disebut high tech para leluhur kita itu. Meski setiap waktu diguncang getaran dari letusan gunung-gunung yang mengitarinya, tapi candi-candi itu masih berdiri megah sampai hari ini," jelasnya.
sumber : biroadpimbanten