Dampak Covid Terhadap Stunting
Sumber Gambar :Sebuah data yang dirilis Dinkes Kota Serang kasus
stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak di Kota Serang meningkat setiap
tahunnya. Pada 2020, kondisi tersebut diperparah akibat pandemi
Covid-19 yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun sehingga berdampak
pada asupan gizi yang kurang.
Berdasarkan data Dinkes Kota Serang, angka kasus
stunting setiap tahunnya meningkat, mulai dari 2018 sekitar 5,4 persen atau
sebanyak 2.543 anak. Kemudian, pada 2019 naik menjadi 5,8 persen atau sebanyak
2.566.
Sedangkan tahun 2020 ini meningkat kembali menjadi 6,1
persen atau sekitar 2.800 anak. Berdasarkan analisa Dinkes Kota Serang, ada
banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka stunting. Salah satunya daya
beli masyarakat yang menurun pada akhirnya berpengaruh terhadap kurangnya
asupan gizi untuk anak.
Faktor lainnya, seperti lingkungan yang tidak sehat,
sarana air bersih yang tidak memadai, hingga sanitasi lingkungan yang buruk.
Ini lah yang masih banyak dijumpai masyarakat di Kota Serang terutama wilayah
atau kawasan kumuh. Sejumlah wilayah di Kota Serang belum lepas dari kondisi demikian.
Kenaikan kasus stunting di Kota Serang tentu tidak
boleh dianggap biasa, karena memerlukan perhatian. Artinya, bukan hanya soal
penanganan Covid-19 tetapi juga dampak bagi peningkatan kasus stunting.
Apa yang digagas Dinkes Provinsi Banten pada pertemuan
dengan MUI Banten merupakan upaya menyinergikan penanganan program
prioritas kesehatan, termasuk stunting dan Covid-19 dengan pelibatan unsur
tokoh agama.
Memperluas pelibatan tokoh agama dan masyarakat
merupakan unsur penting dalam penanganan permasalahan kesehatan.
Termasuk wadah Ormas Islam, MUI. MUI sebagai wadah organisasi kemasyarakatan
(Ormas) Islam sangat berperan penting karena menjadi leader di masyarakat.
Sinergitas dalam penanganan program prioritas
kesehatan, tidak semata aspek medis semata, tetapi juga aspek lagi
seperti menumbuhkan kesadaran Perilku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dan dorongan nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama.
Stunting juga renten menimpa keluarga yang
tidak mampu atau miskin. Oleh karena itu, penanganan harus sinergis, kesehatan,
bantuan sosial, penyuluhan agama dan sebagainya.
Saat masa pandemi Covid-19 ini, dampak terhadap
berbagai sektor yang berpengaruh besar. Oleh karena itu, butuh kolaborasi antar
berbagai elemen untuk mempercepat pemulihan sektor kesehatan,ekonomi dan sektor
lain.
Tantangan penanganan kasus stunting beriringan dengan
upaya penanganan Covid-19 sehingga harus dilakukan secara integratif.
Harapannya, bisa menurunkan kasus stunting dan juga pencegahan Covid-19.
Upaya ini tentu tak mudah, karena butuh sinergitas
program antar OPD dan juga elemen masyarakat. Selain itu, perlu menghilangkan
ego sektoral dalam penanganan penyakit stunting. Mengingat stunting merupakan
persoalan hilir, karena persoalan hulunya pada faktor kemiskinan dan kesehatan. (Maksuni,
praktisi pers)***