Batik Lebak Mulai Disukai, Punya 12 Motif, Didominasi Hitam dan Biru
Sumber Gambar :Gencarnya promosi Batik
Lebak yang dilakukan Pemkab Lebak membuahkan hasil. Batik Lebak yang memiliki
12 motif batik telah terdaftar sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) oleh
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
NURABIDIN – LEBAK
Motif
Batik Lebak memiliki ciri khusus yang menjadi pembeda dengan batik lain, motif
dan coraknya memukau. Selain itu batik Lebak juga memiliki ciri khas yang
mencerminkan budaya daerah. Setiap motif memiliki filosofi tersendiri. Ke-12
motif itu di antaranya batik motif Seren Taun, motif Sawarna, motif Gula
Sakojor, motif Pare Sapocong, motif Kahuripan Baduy, motif Leuit Sijimat, motif
Rangkasbitung. Lalu, motif Caruluk Saruntuy, motif Lebak Bertauhid, motif
Angklung Buhun, motif Kalimaya dan motif Sadulur.
Sejak
resmi dipatenkan sebagai HKI kini 12 motif batik Lebak ternyata banyak diburu
masyarakat. Bukan hanya masyarakat yang berasal dari Banten yang menggandrungi
batik Lebak namun juga luar Lebak.
Batik
juga kini bukan hanya menjadi seragam wajib yang harus digunakan oleh ASN di
lingkungan Pemkab Lebak setiap Kamis. Namun, juga menjadi fashion berbagai
kalangan.
Mulai
menggeliatnya bisnis batik di daerah yang dipimpin Bupati Iti Octavia Jayabaya
ini, kini banyak bediri perajin batik di Lebak, salah satunya perajin Imah
Batik Sahate di Jalan Abdi Negara Rangkasbitung.
Salah
satu pusat pengrajin batik di Rangkasbitung yang berdiri sejak 2016 ini kini
sudah memiliki omzet mencapai Rp50 juta per bulan.
Direktur
CV Batik Satu Hati yang juga perajin batik Yusuf Batik, mengatakan, proses
pembuatan kain batik ini sama seperti pembuatan kain batik umumnya. Kain batik
dibuat dengan mencetak motif dan kemudian diberi pewarna. Untuk menjaga
kualitas, seluruh proses pembuatan dilakukan dengan cara manual. Meningkatnya permintaan
tersebut berdampak terhadap pendapatan omzet penjualan. “Alhamdulillah, permintaan
batik terus meningkat. Kita omzet pendapatan rata-rata dapat mencapai Rp50 juta
per bulan,” kata Yusuf Batik, Selasa (5/11).
Selama
ini, kata dia, permintaan batik Lebak bukan hanya untuk aparatur sipil negara
(ASN) di lingkungan sekretariat pemerintah daerah, BUMN dan pelajar. Namun,
saat ini batik tersebut diminati masyarakat karena cocok untuk dijadikan
pakaian resmi seperti pesta pernikahan.
“Ya,
tingginya permintaan batik bukan hanya kita sebagai pengrajin yang terus gencar
mempromosikan melalui medsos juga berkat promosi yang difasilitasi Pemkab
Lebak,” katanya.
Menurut
dia, saat ini permintaan batik Lebak menembus luar daerah di antaranya
Tangerang, Serang, DKI Jakarta dan Bogor. Harga batik Lebak untuk bahan dari
katun dijual Rp125 ribu sampai Rp250 per potong dengan panjang 2 meter dan
lebar 1,15 meter.
“Kualitas
batik Lebak informasinya terbaik di antara batik-batik yang ada di Banten
ditambah kualitasnya juga cukup baik dan terjaga. Karenanya tak aneh banyak
juga pesanan dari Pandeglang dan Serang. Karena itu, kita terus menjaga
kualitasnya,” ujarnya.
Dia
mengatakan, produksi batik Lebak yang dirintisnya sejak 2016 hingga kini
permintaan cenderung meningkat. Produksi batik Lebak memiliki keunikan dan daya
tarik tersendiri dan berbeda dengan batik-batik lain di tanah air. Desain batik
Lebak terdapat 12 motif dan mengandung makna juga filosofi sesuai budaya
masyarakat Baduy dan budaya masyarakat Kaolotan. “Dari 12 motif batik Lebak
yang paling diminati di antaranya motif Leit Sajimat, Kahuripan Baduy dan motif
Sawarna,” ucapnya.
Kepala
Dinas Koperasi dan UKM Lebak Babay Imroni mengatakan, saat ini usaha kerajinan
batik Lebak tumbuh dan berkembang. Karenanya, Pemkab Lebak terus mendorong
kerajinan batik Lebak dapat menjadikan andalan ekonomi masyarakat. “Batik Lebak
sudah menjadi incaran para pencinta batik. Orderan di perajin batik hampir
semuanya meningkat. Ini, tentunya dapat menghidupkan perekonomian masyarakat
karena mampu menyerap tenaga lokal,” kata Babay.
Mantan
Kepala Dishub Lebak ini mengatakan, batik Baduy memiliki kekhasan tersendiri
melalui warna yang didominasi hitam dan biru. Warna tersebut memiliki makna dan
arti bagi warga Baduy untuk mencintai alam karena kehidupan mereka dari
bercocok tanam. Sebab masyarakat Baduy yang tinggal di hutan ulayat adat di
Kecamatan Leuwidamar hingga kini terjaga pelestarian alam.
“Alhamdulillah kini
bukan hanya masyarakat Lebak saja yang bangga penggunaan pakaian batik produk
Lebak, tapi masyarakat luar Lebak juga banyak yang menggunakannya,” ucapnya.
Apalagi,
kata dia, masyarakat Banten kini sudah menggunakan busana batik Baduy untuk
aktivitas sehari-hari maupun acara resepsi pernikahan dan acara penting
lainnya. “Kualitas batik Baduy tidak kalah dengan batik-batik lainya yang
ada di Jawa Tengah yang telah terlebih dahulu dikenal,” katanya.