Audiensi dengan BKPM RI, FORKAPPSI Jajaki Peluang Kerjasama Investasi
Sumber Gambar :Dalam rangka menjajaki peluang kerjasama dalam investasi yang bisa dikembangkan di daerah, Forum Komunikasi Penghubung Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (FORKAPPSI) melakukan audensi dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM-RI ) pada Selasa (09/03/2021).
Audensi ini merupakan tidak
lanjut dari koordinasi yang dilakukan Badan Penghubung Daerah Provinsi Banten
melalui Kasubid Promosi Investasi dan Hubungan kelembagaan dengan BKPM pada
tanggal 22 Februari 2021 serta usulan yang disampaikan pada rapat FORKAPPSI
tanggal 25 Februari 2021 di Anjungan Jawa Barat TMII.
Audensi yang digelar di Kantor
BKPM RI tersebut dibatasi dan hanya
dihadiri beberapa pengurus FORKAPPSI diantaranya Badan Penghubung Daerah
Provinsi Banten, Badan Penghubung Provinsi Jawa Barat, Badan Penghubung
Provinsi Bengkulu, Badan Penghubung
Provinsi Lampung, Badan Penghubung Provinsi NTT dan Badan Penghubung Provinsi
Sumatera Barat.
Rapat dibuka oleh Wakil Ketua
II FORKAPPSI yang juga Kepala Badan Penghubung Provinsi Bengkulu Ferry Ernes
Parera. Saat pembukaan, Ferry menjelaskan audensi tersebut dilaksanakan terkait
kerjasama informasi yang bisa didapatkan oleh daerah untuk dikembangkan oleh
daerahnya masing-masing.
Diharapkan, kata Ferry, BKPM sebagai leading sektor yang menangani investasi
yang masuk, informasi bisa disampaikan ke daerah. Menurut dia, tiap daerah
kebutuhannya berbeda-beda. “Hal itulah yang perlu dikoordinasikan dan
disampaikan ke daerah,” katanya.
Direktur Fasilitasi Promosi
Daerah Saribua Siahaan, S.Sos, MM yang
menerima audensi tersebut mengatakan keberadaan FORKAPPSI harus dirasakan
manfaatnya. “Yang diperlukan untuk bekerjasama adalah data yang harus dimiliki.
Yakni mencakup regulasi, status dan kelengkapan lainnya untuk dan ditawarkan ke investor. Keberadaan
kita harus benar-benar terasa oleh investor dengan melengkapi apa kebutuhan
investor tentang informasi dasar mencakup potensi yang ada dan bagaimana dengan
status lahan dan perizinan. Perlu untuk menyediakan informasi yang akurat
terkait informasi yang clear and clean,” katanya.
Saribua mengatakan hal-hal
yang sering menghambat datangnya investor diantaranya adalah perda-perda yang
menghambat. “Aturan yang sering menghambat dan mindset yang harus diubah yaitu
jangan mendapat apa? tetapi pikirkan penduduk yang dapat apa?,” ujarnya.
Ia menjelasakan sebagai
perbandingan investasi di kawasan Asia Tenggara, di Thailand harus mengeluarkan
dana Rp2 miliar, Indonesia minimal Rp10 miliar, kalau ke Vietnam 0 rupiah dan
lahan disiapkan tinggal pilih clusternya saja.
“ Makanya Indonesia diharapkan
target 40 sekarang 73. Hal ini lah yang mempengaruhi rating penilaian. Oleh
karena itu, sekarang dipersiapkan untuk
investasinya dengan memberikan kemudahan UKM dan IKM. Setiap investor harus
bekerjasama dengan UKM,” katanya.
Dari audensi dengan BKPM, diharapkan koordinasi dan tukar-menukar
informasi akan berjalan baik. Sebagai tindaklnjutnya, dalam pelaksanaanya akan dibuatkan grup
khusus investasi yang berisi tentang regulasi dan informasi.***