Antisipasi Dampak Pandemi Covid-19 bagi Kalangan Anak-anak
Sumber Gambar :Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan bukan hanya berdampak pada sektor ekonomi, sosial, tetapi yang paling mengerikan yakni terjadinya kehilangan generasi.
Berdasarkan data Unicef
tentang dampak Pandemi Covid-19 terhadap
kemiskinan dan mobilitas anak. Secara keseluruhan, prevalensi kemiskinan anak
antarwaktu akan meningkat sebesar 4 persen dan Indonesia terancam kehilangan
generasi jika tanpa keberlanjutan tindakan darurat.
Dikutip laman unicef.org,
dalam skenario tersebut ditunjukan data bahwa sebagian besar masyarakat
Indonesia akan mengalami kehilangan kesejahteraan bersih antara tahun 2020 dan
2021.
Terutama, rumah tangga
berpenghasilan rendah dan mereka yang berada di wilayah pedesaan. Tanpa
keberlanjutan tindakan darurat, Indonesia berisiko kehilangan beberapa tahun
kemajuan dalam upaya untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan analisis dan
proyeksi yang dijelaskan dalam data tersebut, direkomendasikan agar pemerintah
mempertimbangkan untuk tetap menjalankan program perluasan perlindungan sosial,
khususnya PKH dan Kartu Sembako.
Program bantuan sosial
tersebut, penting untuk membantu mengurangi kemiskinan dan kerentanan anak pada
tahun 2021 dan seterusnya.
Sementara itu, situasi
ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19 di Indonesia luar biasa, hingga
memengaruhi anak-anak remaja.
Anak-anak remaja terkena
dampak pandemi Covid-19 di Indonesia, karena jumlah mereka yang cukup besar
dari usia kerja maupun orang tua.
International Monetary Fund
memproyeksikan bahwa ekonomi global akan menyusut sekitar 4,4 persen pada tahun
2020, yang merupakan resesi terparah sejak Perang Dunia Kedua.
Krisis berdampak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan upaya penanggulangan kemiskinan.
Produk domestik bruto ((PDB)
Indonesia, mengalami kontraksi sebesar 1,1 persen pada tahun 2020 atau turun
drastis dari proyeksi pertumbuhan sebelum pandemi sebesar 5,3 persen.
Kondisi tersebut,
menyebabkan hilangnya pekerjaan dan pendapatan masyarakat secara luas. Untuk
menghindari skenario terburuk ini, Pemerintah Indonesia telah menerapkan paket
stimulus fiskal darurat.
Selain itu, memperluas
program bantuan sosial demi membantu keluarga berpenghasilan rendah selama
krisis.
Hal lain yang menyebabkan
kehilangan generasi yakni pola pembelajaran siswa yang hingga tahun kedua ini
belum bisa melakukan pembelajaran tatap muka, tetapi dilakukan secara online
atau daring.
Kondisi ini secara langsung
berdampak pada kemampuan sejumlah aspek anak didik seperti kognitif, afektif
dan psikomotorik yang tidak bisa optimal dilakukan secara daring.
Oleh karena itu, pola
pendidikan dengan pelibatan orang tua atau guru privat menjadi sangat penting
dalam rangka menjaga pertumbuhan tiga aspek pendidikan tersebut.
Mulai Agustus 2021
pemerintah mulai melonggarkan PPKM Level 3 bisa menyelenggarakan pembelajaran
tatap muka (PTM). Namun demikian, tetap dalam pelaksanaan PTM dilaksanakan
dengan protokol kesehatan yang ketat.
Dengan secara bertahap beradaptasi
dengan pandemi Covid-19, diharapkan kemampuan anak yang mengalami penurunan
saat pembelajaran daring perlahan-lahan bisa pulih kembali.
Seluruh kemampuan anak didik
bisa kembali dioptimalkan di sekolah. Namun hal yang harus menjadi catatan, PTM
tetap belum bisa mengembalikan sebagaimana sebelum pandemi Covid-19. Yang perlu
dilakukan sekolah dan orang tua siswa yang membiasakan atau adaptasi anak-anak
terhadap pandemi Covid-19 sehingga potensi diri bisa tetap berkembang.***
(Maksuni, Praktisi Pers)