Wacana Sekolah Metaverse untuk Pemerataan Pendidikan

Sumber Gambar :

Salah satu permasalahan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMA/SMK negeri yakni daya tampung yang jauh memenuhi dari jumlah lulusan SLTP.

Daya tampung yang terbatas kemudian menimbulkan celah peserta titipan dan juga bertambahnya rombongan belajar secara diam-diam. Terhadap permasalahan ini, sejumlah kalangan mendorong pembangunan sekolah baru pada daerah yang pertambahan penduduknya tinggi.

Namun Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar menggulirkan wacana program berupa sekolah online yang diberi nama metaverse. Alasannya, Al Muktabar menginginkan pemerataan sistem pendidikan di Provinsi Banten secara menyeluruh.

Al Muktabar menjelaskan, program sekolah metaverse ini merupakan salah satu hal pendidikan yang berbasis teknologi digital. Diungkapkan Al Muktabar, konsep sekolah metaverse ini nantinya bisa menjadi pilihan bagi lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam menentukan pilihan menuju jenjang berikutnya (Kabar Banten, 7 Juli 2022).

Bagi siswa yang belum mendapatkan kesempatan di PPDB bisa melalui program sekolah metaverse. Wacana sekolah matverse merupakan wacana baru walaupun konsepnya berbasis teknologi digital.

Namun demikian, tentu perlu dikaji secara mendalam apakah sekolah metaverse ini merupakan solusi atas banyaknya siswa yang tertampung di sekolah negeri. Kemudian juga perlu dikaji dampak baik yang positif maupun negatifnya.

PPDB untuk SMA/SMK negeri dengan kuota yang makin banyak, berdampak pada sekolah swasta. Banyak sekolah swasta yang mengeluhkan sepi pendaftar karena lulusan SLTP lebih mengejar sekolah negeri.

Di sisi lain, sekolah swasta belum mendapatkan perhatian secara optimal dalam peningkatkan kualutas SDM guru, dan sarana prasarana lainnya. Idealnya PPDB baik negeri dan swasta menciptkan iklim yang dinamis dalam peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini sejalan dengan tujuan PPDB dengan menggunakan 4 jalur, salah satunya melalui zonasi dalam rangka pemerataan pendidikan. 

Memasuki masa PPDB, sekolah swasta menghadapi tantangan yang tidak ringan. Semakin banyaknya sekolah negeri yang dibangun, menyebabkan jumlah siswa yang mendaftar juga berkurang. Meskipun, sebagian sekolah favorit ada yang masih bertahan dan tetap menjadi pilihan. Tetapi itu pun jumlahnya masih sangat sedikit.

Ada beberapa faktor tutupnya sekolah swasta yakni belum ada aturan yang tegas dalam membatasi penerimaan siswa di sekolah negeri, Sekarang ini, hampir setiap kecamatan sudah memiliki sekolah negeri. Kemudian, kurangnya kemampuan sarana dan prasarana sekolah dan sumber daya manusia menjadi persoalan. Guru-guru sekolah swasta merangkap mengajar pada sekolah swasta lain dan juga negeri.

Selain itu, perhatian pemerintah pada sekolah swasta selama ini sangat minim. Akibatnya setiap tahun sekolah swasta kalah bersaing. Sekolah swasta kebanyakan menerima siswa baru yang sebelumnya mendaftar ke sekolah negeri tetapi gagal.

Oleh karena itu banyaknya sekolah swasta tutup harus menjadi perhatian bersama para pemangku kepentingan di Banten. Peran pemerintah daerah, pemerintah kabupaten/kota dalam memperhatikan keberadaan sekolah swasta sangat penting. Artinya, sekolah swasta merupakan hal yang harus menjadi perhatian serius dibantu, melalui perbaikan regulasi, kebijakan maupun membuka akses supaya bisa tetap bertahan dan bersaing.

Wacana sekolah metaverse merupakan hal baru yang bisa menjadi solusi. Namun tentu harus berdasarkan kajian yang matang dari berbagai aspek, baik pedagogig, sosial dan sebagainya. Dengan kajian yang matang diharapkan akan tercipta konsep pendidikan yang menjadi solusi permasalahan PPDB selama ini.*** (Maksuni, Praktisi Pers)


Share this Post