Leuit atau Lumbung, Simbol Ketahanan Pangan Suku Baduy
Sumber Gambar :Masyarakat Baduy yang berada
di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten memiliki tempat penyimpanan hasil bumi,
khususnya padi yang disebut leuit atau lumbung.
Bahkan leuit tersebut
dikenal sebagai simbol ketahanan pangan baik suku Baduy Dalam mau pun suku
Baduy Luar.
Hal itu diketahui ketika
wartawan Kabar Banten melakukan perjalanan wisata sekaligus melakukan
penelitian selama beberapa hari di Baduy tahun 2021.
"Kalau orang Baduy
biasanya menyimpan padi di leuit. Jadi hampir semua warga Baduy itu pasti punya
(leuit)," kata seorang warga Baduy Luar, Saidam.
Seperti diketahui,
masyarakat Baduy bisa terbilang sangat jarang untuk berinteraksi dengan dunia luar,
apalagi suku Baduy Dalam.
Maka, kebutuhan dan
ketahanan pangan mereka sangat penting, dan perlu dilakukan oleh masyarakat
suku Baduy supaya terhindar dari kelaparan.
Di Baduy sendiri tidak ada
sawah basah seperti pada umumnya, dan suku Baduy mencoba menanam padi dengan
cara kering, atau biasa disebut Huma.
Setelah lima atau enam bulan
ditanam, padi siap dipanen yang kemudian disimpan pada Leuit.
"Sawah di sini (Baduy) itu kering,
biasanya kita (suku Baduy) manggilnya huma. Panennya setiap enam bulan sekali,
terus disimpan di leuit," ujar Saidam.
Baca Juga: Batik Motif Tapak
Kebo, Batik Baduy yang Sering Dipakai Suku Baduy untuk Ikat Kepala
Leuit yang dimiliki suku
Baduy tidak memiliki ukuran yang sama rata, karena bergantung pada luas Huma
milik suku Baduy.
"Tidak sama semua,
karena tergantung dari luas huma. Karena kalau (leuit) kecil nanti tidak bisa
menampung," ucap Saidam.
Leuit memiliki bentuk
seperti rumah panggung yang ditopang oleh empat kayu penyangga dengan tinggi
sekitar satu sampai dua meter dari atas tanah.
Sebagian besar bahan yang
digunakan untuk Leuit merupakan bambu yang dianyam dan atap yang terbuat dari
daun sago kirai.
Suku Baduy biasanya membuat
Leuit untuk memuat sekitar 500 sampai 1.000 ikat padi, dan satu ikatnya setara
dengan tiga kilo gram beras.
Menurut kepercayaan suku Baduy, Leuit atau lumbung penyimpanan beras tersebut bisa bertahan cukup lama, serta terbebas dari tikus dan memang dibuat menggunakan bahan-bahan dari alam.
"Kalau di sini (Baduy)
tidak pakai paku dan papan. Cukup pakai bambu dan daun kirai (sejenis palem),
karena sudah kepercayaan kami," tutur Saidam.
Suku Baduy memang benar-benar memegang adat yang kuat, bahkan mereka tidak ingin merusak alam walau hanya secuil. Untuk membuat rumah pun, warga suku Baduy hanya mengandalkan bambu, daun sago kirai, dan pasak bumi. Tak ada paku, tak ada semen, tak ada besi, bahkan papan dan triplek pun tak digunakan warga Baduy.***
Sumber : kabar banten